OPINI, KNEWS - Musycab pada dasarnya bukan hanya berfokus pada perayaan atau euforia belaka. Di mana semua kader dari masing-masing komisariat dipertemukan dalam suatu tempat untuk mengupas agenda yang melekat. Ini adalah hal urgent karena dari sini ditentukan bagaimana nasib periodesasi kedepan.
Sebagaimana yang kita ketahui, kepemimpinan mesti di lihat terlebih dahulu melalui sikap. Menjelang permusyawaratan tertinggi tingkat Kota atau Kabupaten tentu tidak boleh terlewatkan begitu saja oleh para kader IMM. Ini merupakan perintah membaca yang harus di terjemahkan melalui sikap seorang kader.
Akan tetapi dalam momentum menjemput Musycab tentu tidak hanya monoton pada satu sisi yang akan dipertaruhkan. Tapi bagaimana mengevaluasi dan memberi konsep, ide, gagasan serta tawaran pemikiran dalam memproyeksikan kepemimpinan kedepan. Harus diakui, masing-masing komisariat memiliki koalisi dan target pencapaiannya masing-masing dalam pemilihan. Sehingga kadang kita lupa esensi dari musyawarah cabang itu sendiri.
Menuju Musycab, setidaknya segala patologi yang berakibat pada stagnasi gerakan kedepan sebisa mungkin diminimalisasi agar tidak mengakibatkan adanya degradasi periodesasi. Tentu para kader yang akan mengisi struktural kedepan adalah kader terbaik sebagai pengejawentahan dari komisaritanya masing-masing. Ide dan gagasannya sangat diperlukan dalam membangun kekuatan dan polarisasi gerakan yang berkemajuan. Bukan malah menghalalkan segala cara agar target dan keinginannya tercapai.
Kita semua berharap semoga dalam momentum Musycab kedepan adalah murni berangkat dari pembacaan setiap kader dalam mengevaluasi kinerja Pimpinan Cabang serta memberi proyeksi yang bisa menutupi agar tidak jatuh pada lubang yang sama. Kontribusi kader sangat dibutuhkan untuk hadir memberi pandangan dan tawaran, bukan hanya bertumpu pada pemilihan.
Intinya adalah beternak intelektual untuk pengerasan ideologi adalah sebaik-baik cara untuk menghindari teriakan di ruang hampa dan tentunya ini di lahirkan melalui Kritikan yang punya acuan akademis, etika profesional dan bisa di pertanggung jawabkan.
Penulis : Rahmatul Iksan
(Demisioner Kabid Hikmah Pikom IMM Fisip Unismuh Makassar)
*Tulisan tanggungjawab penuh penulis
0 Comments