Mengenal Pahlawan Kemerdekaan Andi Abdullah Bau Massepe |
KNEWSCOID, Parepare - Mengenal Pahlawan Kemerdekaan Andi Abdullah Bau Massepe
Mungkin dikalangan masyarakat Sulawesi Selatan sangat kurang tahu siapa Andi Abdullah Bau Massepe. Tapi, pada masyarakat Pare-Pare mungkin sudah tidak asing dengan nama tersebut, kenapa tidak, patung pahlawan ini berdiri tegak di Kota Pare-Pare yang tepatnya berada di pertigaan jalan depan Pasar Senggol.
Walaupun Patung pahlawan ini dibangun di tempat strategis Kota Pare-Pare tapi, tidak dapat dipungkira ternyata banyak masyarakat Pare-Pare dan Masyarakat sekitar yang tinggal di Pasar Senggol tidak tahu patung siapa yang bertegak yang mengarah ke barat ini menghadap langsung ke laut itu.
Jadi, mari kita bersama-sama mengupas siapa sih, Andi Abdullah Bau Massepe itu.
Keturunan Raja:
Andi Abdullah Bau Massepe merupakan putra dari Raja Bone Ke-32 La Mappanyukki dari ibunya Besse Arung Bulo (Putri Raja Sidenreng La Sadapotto addatuang Sidenreng dengan Baeda addatuang Sawitto) di daerah Massepe, Kabupaten Sidenreng Rappang.
Bau Massepe juga merupakan pemegang ahli waris dari dua kerajaan besar di Sulawesi Selatan, yakni Kerajaan Bone dan Gowa. Selain itu ia juga pewaris tahta dari lima kerajaan Ajattappareng yakni Suppa, Alitta, Sidenreng, Rappang, dan Sawitto.
Perjuangan Andi Abdullah Bau Massepe
Pada tahun 1940 Abdullah Bau Massepe diangkat menjadi Datu Suppa menggantikan Andi Makkasau, meskipun ia seorang bangsawan yang terhormat ia tetap memperlihatkan sikap kerayatannya dan bersikap demokrasi sehinga ia mudah berbaur dengan rakyatnya.
Dalam rangka mendukung kemerdekaan Indonesia, Bau Massepe membentuk organisasi yang beranggotakan ia, La Mappanyukki, dan Dr. Sam Ratulangi. Organisasi ini bernama Sumber Daya Rakyat (SUDARA) yang bergerak dibidang politik. Pada bulan September 1945 Bau Massepe dan kawan-kawan merubah merubah nama organisasi mereka menjadi Badan Penunjang Republik Indonesia, Bau Massepe sebagai ketua umum.
Kemudian dibentuklah KNI di Pare-Pare dan ditunjuknya Bau Massepe sebagai pimpinanya, KNI selanjutnya diubah namanya menjadi Pusat Keselamatan Rakyat Sementara (PKRS).
Pada tanggal 12 September 1945 ditengah berkecamuknya penyerangan terhadap Tokoh pergerakan yang dilakukan oleh Belanda, tidak menyurutkan kebranian dan kegigihan Bau Massepe dengan memasang papan nama BPRI dan mengibarkan bendera merah putih di lapangan Labukuang Pare-Pare.
Dalam memimpin perjuangan, Bau Massepe menempuh jalur politik dan militer. Dalam bidang politik melalui Keselamatan Rakyat Sulawesi yang bertugas memelihara keamanan rakyat, melakukan pertemuan dengan kelompok perlawanan.
Pada November 1945 beliau membuat surat kepada pihak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang isisnya menolak kersa kembalinya Belanda berkuasa di Indonesia dan mendukung sepenuhnya kemerdekaan Republik Indonesia.
Selain itu, Andi Abdulla Bau Massepe juga melakukan konsolidasi dengan pejabat Kerajaan dan tokoh-tokoh masyarakat, mengkoordinasi kegiatan perjuangan, mengirim delegasi untuk menghadap ke pemerintah pusat dan menemui Presiden Soekarno serta berhasil memperoleh senjata dari pemerintah pusat.
Dalam bidang militer Bau Massepe mempersiapkan pemuda Pandu Nasioanal Indonesia (PNI) sebagai kekuatan pergerakan bersenjata menghadapi kekuatan NICA Belanda. Adapun beberapa tindakan yang dilakukan oleh Bau Massepe, yakni:
1. Rencana penyerangan pada tanggal 3 Februari 1946 pada pos NICA namun gagal.
2. Pertemuan pasukan Bau Massepe dengan pasukan Belanda di Garessi Suppa yang mengakibatkan pasukan Belanda mundur dan menimbulkan banyak korban dipihak Belanda termasuk Lanoy, komandan Batalyon-nya yang tewas di tempat pertempuran.
3. Menghadang konvoi Belanda dan terjadi peretempuran di La Majakka yang mengakibatkan kerugian di pihak Belanda.
4. Pertempuran La Sekko yang merupakan pertempuran terdahsyat karena pasukan Belanda berinisiatif untuk melakukan penyerangan kepada penduduk pasukan Bau Massepe di Berpuru dan mengakibatkan gugurnya beberapa pejuang.
5. Pertempuran Teppoe Kanango yang membawa keberhasilan karena berhasil memukul mundur pasukan Belanda serta merebut beberapa senjata.
Pada tanggal 17 Oktober 1946 Bau Massepe ditangkap dan dibawa ke Makassar dalam sidang yang mengadilinya di Makassar. Secara heroik beliau mengucapkan kata-kata “Akurela mati demi kehormatan dan Kemerdekaan bangsa ku”.
Pada tanggal 15 Januari 1947 andi Abdullah Bau Massepe dipindahkan ke Pinrang untuk pemeriksaan leih lanjut dan pada tanggal 2 Februari 1947 Andi Abdullah Bau Massepe ditembak mati oleh Belanda dan hingga kini makamnya belum diketahui.
Atas jasa-jasanya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia di Sulawesi Selatan, pemerintah RI menganugrahi gelar Pahlawan Nasional berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 082/TK/Tahun 2005 tanggal 7 November 2005.
keadaan patung Andi Abdullah Bau Massepe yang berada di depan Pasar Senggol Kota Pare-Pare (ud)