Rabu, 04 November 2020

Pemuda Bulukumba Perjuangkan Sekolah Multikultural di Kampung Halamannya


BULUKUMBA, KNEWS - Pemuda asal Bulukumba Tasman Ambar Mattuliang sedang memperjuangkan legalitas sekolah Multikultural yang diinisiasi oleh dirinya. 
Di dukung penuh oleh yayasan Anindhaloka dan Jendela Pendidikan Nusantara yang fokus pada pengembangan pendidikan di seluruh Indonesia, serta dengan menjalin kerjasama dengan Kemendikbud, beberapa teman di pemerintah pusat, kawan sesama kader partai PSI dan teman-teman sesama alumni youth action forum UID Jakarta Indonesia. 

Sebelumnya, diketahui bahwa Tasman sebelum virus corona melanda seluruh dunia ia banyak menjalin hubungan dengan berbagai lembaga di pusat. Di samping itu Tasman turut membantu program dan kerja-kerja 8 orang anggota DPRD Provinsi DKI Jakarta fraksi PSI. 

Walau pandemi masih berlangsung khususnya di Indonesia, Tasman memberanikan diri kembali ke Jakarta melanjutkan tugas-tugas dan rencana program yang tertunda. Salah satu diantaranya sekolah multikultural yang rencananya akan di tempatkan di Kabupaten Bulukumba. 

Sekolah multikultural ialah Sekolah Menengah Kejuruan swasta dengan beberapa jurusan yang berbasis kurikulumnya multikultural. Dengan menawarkan konsep sekolah yang di isi oleh siswa/siswi perwakilan dari 34 Provinsi di Indonesia sebagai duta daerah masing-masing, melibatkan masyarakat di sekitar sekolah melalui program kampung nusantara dengan melepas siswa/siswi berbaur langsung dengan masyarakat setempat.

Ringkasnya sekolah tersebut direncanakan sebagai miniatur Indonesia. Selain itu, sekolah tersebut merupakan sekolah beasiswa penuh dengan menanggung seluruh biaya mulai dari akomodasi peserta didik dari masing-masing daerah ke Bulukumba, biaya makan sehari-hari, asrama, seragam, hingga transportasi berupa sepeda. 

"Alasan utamanya jelas ,Kita sebagai generasi penerus bangsa Indonesia, perlu secara langsung “mencicipi” keberagaman bangsa ini. Sehingga saat berhubungan sosial dengan dunia nyata, kita tidak lagi dihantui kecurigaan, stigma dan prasangka pada orang yang berbeda dengan kita." ucap Tasman Ambar, Rabu (04/11/2020).

Sebelumnya, Tasman Ambar yang dikenal sebagai anak muda yang kerap kali melakukan sesuatu yang terbilang tidak masuk akal dan diluar dugaan. Sejak SMA sudah membina anak-anak dikampungnya untuk mencintai dan melestarikan adat dan budaya. 

"Insya Allah tanggal 7 November 2020 mendatang, kami akan melakukan rapat lanjutan untuk presentasi potensi wilayah dalam hal ini potensi Bulukumba. Dengan keberadaan Kawasan Adat Ammatowa dan potensi pariwisata yang dimiliki Bulukumba sehingga saya menganggap sekolah dengan konsep kurikulum multikultural ini penting adanya untuk menggenjot peningkatan pariwisata dan kecintaan pemuda terhadap budaya khususnya di Bulukumba," lanjut Tasman. 

Beberapa teman dan tokoh masyarakat Bulukumba yang dianggap peduli dan bisa diajak kerjasama merealisasikan planning program tersebut sudah lebih awal dihubungi langsung dalam rangka meminta dukungan. 

"Saya sudah bicara langsung dengan beberapa teman yang insyaallah akan membantu kami merealisasikan ini. Kemarin saya telepon langsung pak Wahid pembina sanggar seni budaya turiolo Kajang untuk meminta dukungan dan saran beliau. Pak Tasmir bahkan bersedia menghibahkan lahan dan yayasannya yang sedang beliau bangun di Kalimporo Kecamatan Kajang untuk dijadikan lokasi sekolah tersebut. Juga kepala desa Bontobaji Kecamatan Kajang siap mendukung dan bersedia menerima jika sekolah ini di tempatkan dalam wilayah Bontobaji. Insya Allah ini semua akan saya paparkan kepada tim hari Jumat," kata Tasman Ambar.

Menurut Tasman sistem pendidikan, tidak membuka lebar akses pertemuan sesama anak bangsa yang berbeda, sehingga sulit merasakan kehadiran kebhinekaan di tengah-tengah kehidupan. 

Dipikirnya, semua hal itu sama dengan yang umumnya ada di lingkungan. Tanpa sempat berpikir menerima, mengapresiasi, memberi tempat hingga melindungi keragaman. Sebaliknya, keragaman harus disamakan, digiring kalau perlu dipaksa masuk dalam sistem yang lumrah dan seragam. 

Misi sederhana tapi mengubah cara pandang siswa, orang tua, bahkan lingkungan masyarakat. Kami percaya, setengah nilai toleransi dan perdamaian selesai manakala mereka bertemu, berteman dan hidup bersama. dengan begitu Indonesia yang tempo hari tidak pernah ada dalam kehidupan nyata, dapat ditemukan di tengah kehidupan sehari-hari. 

Atau, Indonesia yang dicuri orang gesekan kepentingan politik dan sempat hilang diculik oleh rasa tidak percaya pada negara, dapat kembali ditemukan. Oleh karena itu, Menemukan Indonesia dapat dilakukan sebelum semuanya benar-benar hilang, termasuk keragaman Indonesia.

(Haeril)

Sebelumnya
Selanjutnya