Senin, 15 Februari 2021

Understanding Human Learning


OPINI, KNEWS - Understanding Human Learning merupakan cara Manusia untuk memahami karakter dalam Mengajar, Membimbing, Mendidik, dan Menumbuhkan seseorang.
Tanpa disadari bahwa Pada Fitrahnya, Manusia telah mampu belajar sendiri secara mandiri seperti Merangkak, Berjalan, berlari bahkan berbicara dari sesuatu yang diamati dan didengarkan Kemudian dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Jeanne Ellis Ormrod menyatakan tentang pembelajaran bahwa "Learning is a relatively permanent change in behavior and mental representation or associations as a result of experience" (Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku dan representasi mental atau asosiasi sebagai hasil dari pengalaman).

Ketika kehidupan Manusia makin dewasa maka otomatis ada target (reach) dalam batas waktu tertentu sehingga diperlukan adanya dorongan (Intervensi), Dengan kata lain seseorang tidak boleh dibiarkan belajar sendiri (lonely).

Yuk kita simak bersama, "Perbandingan anak kecil dengan anak Remaja/Dewasa".
Penjabarannya seperti ini :

Anak Kecil di saat iya sedang Merangkak atau berjalan tentu sebagai orang tua tidak pernah menancapkan sebuah target agar si kecil bisa cepat berlari atau lihai untuk jumping dan itu dibiarkan begitu saja secara alami (Nature). Sedangkan Anak Remaja/Dewasa mengalami perubahan yang bisa ditargetkan sesuatu hal dalam hidupnya yakni seperti lulus SMA harus dapat rangking atau mendapatkan gelar sarjana minimal 3-4 tahun.
Jadi, target-target yang ingin dicapai harus difasilitasi belajar supaya mampu mencapai sesuatu yang ditargetkan. 

Intervensi pembelajaran harus dipahami terlebih dahulu yakni kepada siapa yang akan kita  intervensi sebab jika pola intervensinya keliru maka hasil pembelajarannya akan hancur. Analogi dasarnya mungkin seperti ini, Avtur adalah bahan bakar pesawat terbang dan jika bahan bakar ini digunakan oleh kendaraan lain seperti mobil (Honda Jazz) tentu akan mengalami kerusakan karena avtur ini memiliki energi yang sangat tinggi. 

Demikian pula jika Manusia disuguhkan metoda pembelajaran yang keliru meskipun
Sebutannya sangatlah keren (Metode Mutakhir, Metode pragmatis, dan Metode zaman now) secara tidak langsung akan mengubah pola pemikiran manusia menjadi failed Moments (Belajarnya tidak Maksimal).

Kekeliruan para Pendidik saat ini adalah salah menempatkan posisi dan cara memberi interversi pada yang di didik. Mari kita berpikir secara logis sambil membayangkan tentang keadaan kita sebagai Guru/Mentor/Tutor/Penasihat/Motivator dan lain-lain, lalu kemudian yang diajari adalah seseorang berkategori Anak-Anak/Remaja/Dewasa/Berumur. 

Kita ambil contoh di kelas Publik Speaking ketika seorang Guru/Tutor/Mentor mengajarkan kepada anak didiknya (Gerogi parah) agar tampil dikhlayak umum untuk berpidato atau mengutarakan uneg-uneg misal.

Takkala seorang Pendidik memberi arahan tanpa metode yang benar maka dipastikan anak didik tersebut keringat dingin, pucat bahkan meriang sebab intervensi yang diberikan hanya sekadar motivasi bernada semangat (kata-kata) bukan memberikan intervensi yang cocok bagi seorang pemula (Gerogi Parah).

Nah, Sekarang dibalikkan keadaannya ketika seorang pendidik paham akan anak didiknya (Pemula/gerogi) tentu ia akan memberikan intervensi yang sesuai dengan keadaan seperti tidak selalu memberikan motivasi tetapi malah membebaskan anak didiknya untuk tampil pede, belajar bertahan selama 5 menit di depan umum atau diberi leluasa untuk berbicara sesuai kadarnya. Oleh karena itu, seorang pemula akan mendapatkan pembelajaran yakni pengalaman saat di depan khlayak umum atau debaran detak jantung ketika tatapan para audiens tertuju pada pusat perhatian.

Pointnya adalah tidak selamanya kata-kata motivasi itu bisa menjadi solutif malah akan menjadi sebagai suara sumbang karena tidak berfungsi untuk meningkatkan confidence.

Jadi, Pembelajaran itu memiliki 3 Zone yakni :
1. Zona tinggi (Anxiety Zone), 
2. Zona Sedang (Learning Zone), 
3. Zona Rendah (Drone Zone).

Well, ketika seseorang sedang belajar sesuatu dan tingkat kesulitannya melebihi dari Modal/Sumber daya terlalu tinggi maka ia sedang memasuki Anxiety zone (Tinggi) sehingga pembelajaran tidak berjalan efektif dan zona ini sering kali dimasuki oleh Manusia sehingga yang didapatkan hanya kesulitan, tidak percaya diri, bahkan traumatis.

Bagaimana dengan Drone zone (Rendah)?. Benar bahwa zona ini sangat tidak dibenarkan dalam pembelajaran sebab yang ditimbulkan hanya rasa bosan, jenuh, dianggap biasa-biasa saja, serta tidak berkembang nan tumbuh karena Tingkat Kesulitannya lebih rendah dari Modal/Sumber daya yang dimiliki seseorang.

Sedangkan, Zona yang cocok bagi seseorang dalam pembelajaran ialah learning Zone (Sedang) karena seseorang mampu meningkatkan kapasitas dirinya dari suatu kemampuan.

Secara gamblangnya bahwa Manusia sedang mengalami tingkat kesulitan paling sedikit dari kemampuan yang dimiliki hari ini.
Contoh kasusnya : Seseorang sedang melakukan pertandingan lari dan posisinya ada di paling depan dari beberapa peserta tapi ternyata batas kemampuan yang dimilikinya sudah mencapai titik maksimum namun jarak finishnya hanya tersisa 5 meter lagi maka learning zone ini akan meningkatkan power dari seorang pelari untuk segera mencapai batas akhir dari tujuannya.

Kesimpulan dari Understanding Human Learning yakni Belajar itu pada akhirnya adalah merubah orang melalui yang dia alami (pengalaman) dan intervensi yang benar untuk diberikan kepada seseorang yang ingin dididik, dibentuk, dan ditumbuhkan ialah memberikan sedikut kesulitan dari kemampuan yang dimiliki seseorang.

Catatan : Pembelajaran Understanding Human learning sangatlah cocok bagi seorang Pendidik (Guru/Dosen), Tutor, Mentor, Motivator, entrepreneur, Senior, serta orang tua.


Wardiman Sultan Madir
(Founder Forum Diskusi Nusantara)

*Tulisan tanggung jawab penuh penulis*

Sebelumnya
Selanjutnya