Rahayu Saraswati Tegaskan Posisi Indonesia Dalam Adaptasi Iklim di COP29 Azerbaijan

Dalam perhelatan Parliamentary COP29 di Baku, Azerbaijan, Sabtu (16/11/2024), anggota Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR, Rahayu Saraswati, menyampaikan pentingnya langkah adaptasi iklim global. Politisi dari Partai Gerindra ini menyoroti kesiapan Indonesia, sebagai negara dengan populasi terbesar keempat dunia, untuk menghadapi tantangan perubahan iklim.

KNEWSCOID, AZERBAIJAN – Dalam perhelatan Parliamentary COP29 di Baku, Azerbaijan, Sabtu (16/11/2024), anggota Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR, Rahayu Saraswati, menyampaikan pentingnya langkah adaptasi iklim global. Politisi dari Partai Gerindra ini menyoroti kesiapan Indonesia, sebagai negara dengan populasi terbesar keempat dunia, untuk menghadapi tantangan perubahan iklim.

Rahayu Saraswati menyatakan bahwa Indonesia, dengan populasi lebih dari 280 juta jiwa dan bonus demografi generasi muda yang mencapai 52 persen, telah menunjukkan kemampuan beradaptasi, termasuk saat menghadapi pandemi COVID-19. Hal ini, menurutnya, menjadi bukti potensi besar Indonesia dalam menghadapi berbagai tantangan global.

Dalam pidatonya, Saraswati menekankan tiga langkah utama yang perlu diambil parlemen global untuk mendukung adaptasi iklim. Langkah pertama adalah meningkatkan pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat lokal agar memiliki keterampilan yang relevan untuk beradaptasi secara berkelanjutan dengan perubahan iklim.

Langkah kedua yang ia ajukan adalah pentingnya transparansi dan inklusivitas dalam pengambilan keputusan di parlemen. Saraswati menegaskan perlunya keterwakilan perempuan, kelompok penyandang disabilitas, dan masyarakat adat dalam proses legislasi terkait perubahan iklim.

Ia juga menggarisbawahi perlunya kerja sama lintas parlemen global sebagai langkah ketiga dalam menghadapi krisis iklim. Kerja sama ini dinilai penting untuk menjembatani ketimpangan antara negara maju dan berkembang, terutama dalam hal tanggung jawab emisi karbon.

Saraswati mengkritisi ketimpangan penanganan krisis iklim, dengan menyoroti bahwa negara maju adalah kontributor terbesar emisi karbon sejak Revolusi Industri. Menurutnya, negara-negara berkembang yang terdampak harus diberikan akses terhadap bantuan keuangan guna mendukung adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.

Ia juga menyerukan keterlibatan sektor dunia usaha dan bisnis dalam mendukung transisi menuju keberlanjutan. Menurut Saraswati, kemitraan antara pemerintah dan sektor swasta dapat mempercepat pencapaian tujuan adaptasi iklim secara global.

Sebagai penutup, Rahayu Saraswati mengajak semua pihak untuk berkomitmen terhadap solusi adaptasi iklim. Ia percaya bahwa kolaborasi dan aksi nyata adalah kunci untuk menghadapi tantangan perubahan iklim yang semakin kompleks.

0 Comments