Jumat, 07 Agustus 2020

Merajut Spirit Kebersamaan Tokoh Agama dan Polri Dalam Penanganan Covid-19

Ket : Dr. H. Abdul Wahid MA (Muballigh dan Akademisi Makassar)

OPINI, Knews.co.id - Perbincangan terkait pandemi COVID-19 belum juga  usang ini buktinya di media nasional dan internasional masih menghiasi konten berita setiap hari.

Hingga saat ini perkembangan virus COVID-19  belum sepenuhnya hilang dari kehidupan masyarakat dunia, tak terkecuali di Indonesia, justru di beberapa daerah seperti DKI dan Jawa Timur tengah mengalami peningkatan pasien yang terkonfirmasi positif virus COVID-19.

Khusus di Sulawesi Selatan dalam beberapa pekan terakhir diinformasikan menunjukkan adanya tanda-tanda yang menggembirakan karena jumlah pasien yang sembuh dari virus COVID-19 jauh lebih banyak dibandingkan dengan pasien yang sakit dan meninggal.  Hal ini tentu harus bisa dipertahankan bahkan kalau perlu terus ditingkatkan agar situasi kehidupan masyarakat bisa segera kembali pulih. 

Dalam jargon lama disebutkan, “berat sama dipikul ringan sama dijinjing”. Jargon ini sangat tepat digaungkan kembali saat ini khususnya dalam penanganan virus COVID-19 di tanah air. Karena selama ini ada kesan bahwa seakan-akan pemerintah berjalan sendiri dalam menangani pandemi COVID-19 yang hingga saat ini telah merenggut lebih seribu nyawa di Indonesia dan khusus di Sulawesi Selatan sudah mencapai angka kematian di atas tiga ratus orang akibat COVID-19.

Penanganan virus COVID-19 tidak bisa diserahkan hanya kepada pemerintah saja, namun perlu sinergitas dan partisipasi dari seluruh komponen masyarakat, termasuk di dalamnya adalah tokoh agama dan ulama. Mengingat akibat yang ditimbulkan oleh pandemi virus Covid-19 begitu kompleks dan sistemik termasuk di dalamnya potensi gangguan kamtibmas dipicu oleh adanya krisis ekonomi, maka disinilah peran tokoh agama dan ulama sangat penting untuk membantu tugas Polri dalam menjaga kamtibmas di tengah masyarakat.

Di sisi lain posisi tokoh agama dan ulama bisa membantu pemerintah dalam menjaga moralitas masyarakat melalui sentuhan pesan-pesan agama agar masyarakat bisa lebih disiplin dalam mematuhi protokol kesehatan dan juga masyarakat dihimbau agar tidak menyebarkan berita hoax khususnya yang terkait virus Covid-19  di sosial media. Selanjutnya Polri bertugas memberikan jaminan kamtibmas melalui penegakan hukum serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat sesuai amanah UU No. 2 tahun 2002 tentang tugas pokok Polri. 

Dalam tradisi kebangsaan kita, terungkap  bahwa tipikal masyarakat Indonesia sejak dulu dikenal sebagai masyarakat religius dan memposisikan agama sebagai sesuatu yang sakral dalam kehidupan sehari-hari, pada saat yang sama tokoh agama begitu didengar petuah dan fatwanya dalam berbagai hal, tidak heran ketika masyarakat mengalami masalah dalam hidupnya, maka mereka akan berusaha minta nasihat dan petuah kepada para tokoh agama atau ulama yang ada di sekitarnya.

Catatan sejarah telah membuktikan bahwa keterlibatan para tokoh agama khususnya para ulama dalam mendorong terwujudnya kemerdekaan RI dimasa silam sungguh tidak bisa dinafikan. Peran para ulama, santri dan tokoh-tokoh Islam dalam perjuangan menegakkan kedaulatan bangsa dan negara sangat besar, mereka bahkan rela mengorbankan harta, tenaga serta jiwa mereka dalam berjuang dan mempertahankan kemerdekaan RI. Realita ini seharusnya menjadi spirit membangun sinergitas bagi  semua anak bangsa, sehingga dalam kondisi apa pun yang terjadi di republik ini, sinergitas antara tokoh agama, ulama dan Polri harus terus dibangun demi keutuhan  NKRI. 

Posisi para ulama dan tokoh agama di tengah kehidupan umat begitu strategis karena tidak hanya sebagai sosok guru dalam memberikan pencerahan dengan ilmu-ilmu agama yang mereka miliki tetapi para ulama juga dijadikan sebagai sosok figur yang menjadi panutan di tengah masyarakat dan dapat mengambil peran untuk turut menenangkan masyarakat agar tidak terjadi gangguan kamtibmas terutama di tingkat bawah. Di masa pandemi saat ini pesan dan petuah para ulama dan tokoh agama cukup penting dalam membantu Polri sebagai bagian  dari pemerintah untuk memaksimalkan penanganan COVID-19. 

Para ulama dan tokoh agama dapat memanfaatkan mimbar dan momentum lainnya sesuai kapasitasnya untuk menyisipkan disela-sela ceramahnya himbauan,  arahan dan lain sebagainya agar masyarakat lebih mewaspadai virus ini.

Dianggap begitu pentingnya sosok tokoh agama dan ulama sehingga di setiap perhelatan pilkada, pileg dan pilpres sering paslon tertentu berlomba-lomba berkunjung ke pondok pesantren dan kediaman tokoh agama untuk meminta restu dan dukungan dari mereka, sembari para paslon berharap agar dapat mendongkrak dukungan suara dari masyarakat.

Melibatkan para ulama dalam penanganan COVID-19 sangat penting tidak hanya sebagai upaya untuk membantu pemerintah dalam mensosialisasikan pentingnya menerapkan protokol kesehatan tetapi lebih dari itu melalui lisan para ulama masyarakat dapat diberi motivasi agar tidak merasa takut berlebihan dalam menghadapi virus COVID-19. Karena rasa takut yang berlebihan terhadap sesuatu termasuk dalam menghadapi virus ini akan dapat mengganggu pikiran dan dapat berpengaruh terhadap turunnya imunitas tubuh, pada saat itulah rentan terkena berbagai macam penyakit.

Dalam konteks inilah agama sangat memberi perhatian serius terhadap kesehatan jiwa manusia, sebagaimana pesan Nabi Saw. "Gembirakanlah orang jangan ditakut-takuti dan mudahkanlah orang jangan dipersulit". (HR.  Bukhari). 

Dalam hadis yang lain disebutkan Rasulullah Saw. bersabda: "Tidak ada salahnya seseorang memiliki kekayaan asalkan dia tetap bertakwa. Akan tetapi, bagi orang yang bertakwa, kesehatan lebih baik daripada kekayaan. Selain itu, hati yang bahagia (thibin nafs) adalah bagian dari kenikmatan surga).'' (HR.Ibnu Maajah).

Sebagai sebuah bangsa kita memiliki kepentingan yang sama terhadap pentingnya stabilitas nasional, untuk itu pola-pola sinergitas antara Polri dan seluruh komponen bangsa terutama para ulama dan tokoh agama harus terus dijaga terlebih dalam penanganan COVID-19 di tanah air. (Red)

Penulis : Dr. H. Abdul Wahid MA (Muballigh dan Akademisi Makassar)

Sebelumnya
Selanjutnya