Rabu, 07 Oktober 2020

Desain Penindasan Rakyat (DPR)


OPINI, KNEWS - Pada akhirnya tentang penundaan terkait birahi kepentingan untuk mengesahkan Ketenagakerjaan RUU Cipta Kerja yang dinilai Menguntungkan investor di atas kebutuhan pekerja telah diSAHkan takkala rakyat sedang tertidur letih bersamaan dengan rasa khawatir yang memuncah akan disahkannya proses Omnibus Low dan Dramatisasi terkait Virus Corona.

Ada apa denganmu duhai engkau Perwakilan Rakyat? 
Mungkinkah engkau telah lupa prihal frasa yang terkandung dari akronim ini "DPR". 
Baiklah, jika kalian lupa atau sedang pura-pura lupa maka Rakyat senang dengan luarbiasa akan memberitahukanmu secara saksama dan usahakan jangan tertidur ketika rakyat bersuara. 

DPR ( DEWAN PERWAKILAN RAKYAT), begitulah rakyat menyebutmu dengan penuh harapan bahwa suara kecil (Aspirasi) mereka dapat menggemakan tiap-tiap sudut ruangan di Senayan dan kenyataannya kalian malah bercumbu mesra dengan kepalsuan tanpa harus meminta suara rakyat terlebih dahulu yang notabenenya melambungkan dirimu hingga mendapatkan kursi  empuk (Tertidur Pulas) disertai fasilitas memadai (konglomerat).

Mulai hari ini, Rakyat menyatakan sikap bahwa terkait penyebutan DPR bukan lagi sebagaimana mestinya yang sering diucapkan Dewan Perwakilan Rakyat melainkan sebagai Dewan Peyiksa Rakyat, Dewan Pembohong Rakyat, Dewan Perusak Rakyat, Dewan Penikmat Rupiah dan Dewan Pembasmi Rakyat.

Katanya DPR telah melaksanakan tugas sebagai berikut;
1. Rakyat ingin hidup mewah, sudah diwakilkan oleh mereka. 
2. Rakyat ingin dihormati,  sudah diwakili oleh mereka. 
3. Rakyat ingin tidur nyenyak dan makan enak,  sudah diwakili oleh mereka. 
4. Rakyat ingin keadilan,  sudah diwakili oleh mereka yang kebal hukum. 

Ada begitu banyak problematis dibalik RUU Cipta Kerja yang secara gamblang lebih mengakamodir kepentingan pebisnis bahkan kelompok-kelompok masyarakat seperti nelayan, petani,  pekerja, dan UMKM sama sekali tidak diperhatikan sedikitpun bahkan hanya diberikan legalisasi.
Tak terhindar dari Deskrimisasi terhadap pebisnis-pebisnis yang nyatanya hanya melakukan penambahan utang (Benny K Harman).
Oleh sebab itu, mengapa demikian rakyat sebagai tameng terakhir harus bersatu padu untuk menolak Omnibus Low agar di cabut kembali dan segera dihapuskan klaster-kalster yang merugikan rakyat. 

Simbol Birahi dalam kedunguan adalah mereka yang telah lupa bahwa kehadirannya sebagai wakil rakyat serta menjadi penyambung lidah untuk menyampaikan setiap keluhan sebagai manifestasi sebuah keinginan dalam pemerintahan.

Jendral Soedirman mengatakan bahwa Kejahatan akan selalu menang bila orang benar tidak melalukan apa-apa. Ungkapan dari seorang Jendral besar yang pernah dimiliki oleh negeri ini sekonyong-konyongnya dapat dijadikan suntikan motivasi tertinggi agar kejahatan wajib ditumpaskan oleh orang-orang yang benar sedangkan Doa Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam telah terucap bahwa tipikal pejabat yang akan selalu mengisi kehidupan ini ada dua yakni penjabat menyusahkan rakyat dan ada pula yang memudahkan rakyatnya. 

Cobalah untuk memandang ke tahun 1998 dan ingat kah engkau bagaimana Soeharto jatuh dari kekuatan dan kekuasaannya?.
Soeharta adalah seorang penguasa diktator dengan latar belakang militer yang sangat kuat dan didukung oleh banyak pihak yakni pasukan militer serta berkuasa selama lebih dari 32 tahun lamanya. Kemudian diwaktu yang sama dari akhir kisah rezim diktator dan Soeharto pun mampu diturunkan secara paksa oleh Mahasiswa beserta Rakyat. Namun, jika dilihat dan dibandingkan dari kumpulan mereka yang terdiri dari para anggotan DPR yang jumlahnya hanya kurang lebih 500 orang dan secara tidak langsung  posisinya begitu lemah jika peristiwa politik pada bulan mei di tahun 1998 terulang kembali. 

Rakyat teringat satu narasi (Sengkuni) dari Cak Nun saat meneriaki para pemimpin-pemimpin bangsa yang jiwanya bergetaran. 
"Duhai kalian ini para pemimpin bangsa. 
Manakah yang tidak sengkuni?.
Terus kalian jadi sengkuni atas dasar penderitaan apa dan kamu sudah apa dalam hidupmu?. 
Hay, kamu itu atas penderitaan yang bagaimana sehingga kamu jahat kepada rakyat dan apa alasan sejarahmu?. 

Kalau sengkuni jahat maka wajar sebab ia memiliki sejarah penderitaan yang lebih sakit dan meskipun sengkuni jahat tetapi tidak sepadan sama sekali dengan penderitaannya. 
Kamu itu menderita apa sih sehingga kalian sangat kejam begitu rupa kepada rakyat? 
Kamu pernah miskin apa? 
Kamu pernah puasa apa? 
Kamu pernah tirakat apa dan urusanmu lancar-lancar saja bukan?. 
Kamu bisa bayar milyaran untuk menjadi pejabat lalu apa alasanmu jahat nan kejam kepada rakyat?.

Prihatin dan Semoga saja lambang Garuda bukan sebagai simbol semata atau poster pemuas keindahan dalam ruangan karena sangat jelas di hadapan serta di belakang mereka ada lambang garuda menatap tajam dan Pancasila bukan hanya untuk dihafalkan di kepala saja tetapi dijalankan tiap sila yang terdapat pada batang tubuh Pancasila. 

Mosi tidak percaya berulang kali diutarakan agar memenuhi kuping mereka tetapi selalu saja dianggap sebagai dinamika dalam kehidupan yakni pro dan kontra dalam setiap kebijakan.
Beberapa rakyat sudah sepakat bahwa di tahun-tahun berikutnya yakni parlemen yang bebal akan dibubarkan oleh rakyatnya sendiri dengan dalil tidak percaya atau diberikan solutif kedua yakni membuat undang-undang tentang koruptor pidana mati sebagai ujung tombak rakyat ketika Dewan Penikmat Rupiah beradu kasih dengan kepalsuan.

Pertanyaannya sekarang adalah Akankah ada fase ke dua dimana Mahasiswa Se-Indonesia beserta aliansi kelompok Buruh, Pemerhati lingkungan bahkan segenap rakyat Indonesia yang merasa dikhianati untuk menduduki kembali Gedung Senayan? 

I'm waiting for you all to fight with them and it's the right time to  express an attitude towards the oppressors of the people.


Penulis : Wardiman Sultan Madir
(Funder Forum DIiskusi Nusantara)

Sebelumnya
Selanjutnya