Senin, 30 November 2020

54 Tahun HIPPMAS Hadir: Apa Kabar “Pelaku Sejarah?”


OPINI, KNEWS - Sejatinya, sejarah lahir dari pergolakan dan pertentangan akal pikiran antar manusia. Dimana pikiran yang mampu menjawab kebutuhan zaman, itulah yang akan terus bertahan menguasai peradaban. 

Sejarah ialah apa yang telah tertoreh di hari kemarin, hari ini, esok ataupun lusa. Jadi untuk melihat sepak terjang sebuah lembaga, maka lihatlah sejarahnya. 
Dimana yang berperan penting, adalah mereka yang mengisi seluruh ruang dimensi perubahan. Mari menjadi pelaku sejarah. Jika tidak di masa lalu, maka hari ini dan dimasa mendatang!

Sebetulnya, sangat sinkron untuk membahas tema yang diangkat oleh teman-teman DPC 
HIPPMAS Tellulimpoe yaitu “HIPPMAS Membangun Daerah” untuk saat sekarang ini. Selain dari pada pertanyaan yang paling fundamen yakni apa itu HIPPMAS, hal yang tak kalah pentingnya ialah bagaimana HIPPMAS hadir di tengah-tengah sekelumit problema yang menggempur dunia kepemudaan, kemahasiswaan, pelajar, bahkan sampai pada problem-problem 
yang dihadapi daerah dimana ia bermukim. 

Yang tak lain, daerah tersebut ialah Kabupaten Sinjai yang merupakan titik pusat atau sentra dari pengabdian HIPPMAS itu sendiri. Berbicara persoalan usia, HIPPMAS dapat dikata sebagai lembaga yang terbilang menua. Dilihat dari segi usia, jua kuantitas kader diberbagai DPC (Dewan Pengurus Cabang), DPK (Dewan Pengurus 
Komisariat), beserta kader-kader lainnya yang masih bernanung dibawah Kecamatan atau masing-masing DPC. 

Atas dasar itulah, sudah semestinya lembaga sebesar HIPPMAS dapat 
menjadi payung bagi para pemuda, pelajar, mahasiswa, dan seluruh lapisan masyarakat Sinjai khususnya yang berada di tanah rantau atau di luar Kabupaten Sinjai untuk terus menjadikan HIPPMAS sebagai rumah untuk berproses dan mengepakkan kiprahnya guna meraup sebanyak 
mungkin pundi-pundi ilmu dan pengalaman, agar nantinya jika kembali ke kampung halaman (Tana Kajajiang) sekiranya dapat memberikan sumbangsih bagi daerah dalam bentuk pengamalan.

Baik dari segi peningkatan ekonomi, kecintaan terhadap sosio-budaya, pemahaman dalam dunia politik, dan lain sebagainya. Sehingga, HIPPMAS dapat menjadi sebuah lembaga tidak sebatas komunitas yang menjalankan agenda ceremony belaka. Tetapi, jauh dari pada itu, 
HIPPMAS dapat menjadi ruang dan alat penyadaran dan pengontrol serta cerminan bagi calon￾calon pemangku kebijakan di hari-hari mendatang. 

Namun suatu kebanggaan, sejarah telah 
mencatat bahwa telah banyak tokoh-tokoh berpengaruh ataupun pemimpin yang lahir dari rahim HIPPMAS itu sendiri. Entah di bidang ekonomi, politik, akademisi, agamawan, dan lainnya. Maka sudah sepatutnyalah, hal itu menjadi cermin untuk hari ini dalam mengembalikan marwah 
HIPPMAS yang juga merupakan organisasi perkaderan guna melahirkan pemimpin-pemimpin dimasa depan bagi kemajuan daerah dan masyarakat.

Akan tetapi jika kita melihat realita yang terjadi dan sepak terjang dari HIPPMAS di 
masa sekarang, justru sangat terbalik dengan keadaan dan marwah organisasi di masa lampau. Terlalu banyak, kader-kader membusungkan dada dan berbangga diri ketika mengangkat bendera lembaga namun pada saat yang sama, justru mandeg dalam memaknai substansi organisasi. Atau dengan kalimat yang lain, banyak kader yang kemudian berlomba berebut kursi 
jabatan dan peranan. Namun sejatinya, tumpul dalam menginterpretasikan cita-cita lembaga.
 
Artinya, ada sebuah budaya dalam tubuh HIPPMAS yang tergerus oleh dentuman zaman dan paradigma kekinian. Yang awalnya HIPPMAS sebagai rumah atau tempat untuk berproses, kini tak ubahnya sebagai batu loncatan dan ruang praktis yang dieksploitasi di masanya. Sehingga,
arah dan tujuan dari pada HIPPMAS kini buram dan bahkan nyaris tak berjejak dari apa yang dicita-citakan oleh para founder terdahulu.

Hal itu dapat kita lihat dari banyak kasus yang ada dalam tubuh HIPPMAS. Pertama,
HIPPMAS hari ini tidak hadir secara fungsional dalam tata kehidupan pemuda, pelajar, dan mahasiswa. Maksudnya ialah, meskipun eksistensi HIPPMAS di tanah rantau sudah tidak diragukan dan terbilang besar, akan tetapi HIPPMAS belum mampu menggunakan dan memfungsikan kebesarannya itu secara maksimal. Dengan kata lain, kuantitas dari pada HIPPMAS tidak sebanding dengan kualitas kader dan keluaran (output) yang dihasilkan. 

Misalnya, HIPPMAS tidak terjun langsung dalam gerakan-gerakan social yang sifatnya 
bersentuhan langsung dengan masyarakat kampus atau pelajar, seperti menggalakkan ruang diskusi dan kajian, sekolah-sekolah literasi, peduli lingkungan, pelatihan-pelatihan, serta pengembangan bakat dan minat para kader. Sehingga pada titik inilah, kader seringkali terjerembab dan tertatih-tatih dalam mengekspresikan kemampuan yang dimilikinya.

Kedua, HIPPMAS terjebak pada keadaan paradoks dan politik pragmatis. Hal itu dapat kita lihat lewat sekat yang tercipta antar desa, kampus, dan lainnya. Kita memang tidak bisa menafikkan adanya sekat antar desa dengan desa lainnya. Sebab secara geografis, Kabupaten Sinjai memang diisi oleh wilayah yang berbentuk Kecamatan, Desa, dan Dusun. Akan tetapi, hal itu bukan menjadi alasan untuk terpecah belah. Pada momentum yang seperti inilah, HIPPMAS 
memiliki peluang untuk hadir sebagai ruang dalam menyatukan dan merekatkan antar kader. 

Terlepas dari Cabang atau Komisariat mana ia berasal, yang jelas semua ada di bawah naungan HIPPMAS dan memiliki arah yang sama. Namun ironisnya, jauh sebelum menuntaskan
problema yang seperti kami sebutkan di atas, justru HIPPMAS sendirilah yang lebih dulu
terjerembab pada sekat atau fragmentasi-fragmentasi yang diciptakannya sendiri. Hal itu dapat kita lihat dari DPC (Dewan Pengurus Cabang) ataupun DPP (Dewan Pengurus Pusat) yang terpecah dan mengalami fragmentasi lembaga setelah menjelang Konfercab (Konferensi Cabang)
ataupun Kongres yang diakibatkan oleh kurangnya—jika tak ingin dikata tidak adanya pendidikan dan kedewasaan dalam berpolitik. 

Alih-alih membangun dan melahirkan regenerasi dengan dalih dinamika, namun justru yang lahir ialah perpecahan dan diskriminatif.
Itulah sekiranya sekelumit problema yang penulis amati dalam tubuh HIPPMAS hari ini yang masih membutuhkan jawaban serius dalam pemecahannya. Jauh sebelum pengamalan diberikan untuk daerah tercinta, mendewasakan diri dengan persatuan adalah sebaik-baik
perjuangan di medan rantau. Dan itu, merupakan arah HIPPMAS yang belum sempat  terpecahkan sampai hari ini jua.

Penulis : Dzulfikri Azhary

*Tulisan tanggungjawab penuh penulis*

Sebelumnya
Selanjutnya