Minggu, 24 Januari 2021

Pendidikan Dimasa Pandemi, Belajar Daring Solusi atau Distorsi?


OPINI, KNEWS - Membahas berbagai polemik tentang pendidikan tidak ada salahnya jika menelusuri persepsi tokoh pendidikan bangsa kita, Ki Hadjar Dewantara. Beliau mengajukan beberapa konsep pendidikan pada masanya demi mewujudkan tujuan pendidikan, yaitu Tri Pusat Pendidikan: (1) pendidikan keluarga; (2) pendidikan dalam alam perguruan; (3) pendidikan dalam alam pemuda atau masyarakat. 

Menurutnya, Tri Pusat Pendidikan ini harus mampu diperoleh anak sedini mungkin agar unsur kebudayaan melekat dari awal sehingga menghasilkan manusia yang tangguh dalam kehidupan masyarakat. Kemudian kita melihat tujuan pendidikan 
menurut UU No. 20 Tahun 2003 yang berfokus untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. 

Tujuan pendidikan diatas tentu tidaklah mudah terealisasi di tengah bencana virus yang melanda bangsa ini yakni COVID-19. Pendidikan dimasa pandemi dengan berbagai bentuk kebijakannya tentu memdapatkan banyak respon oleh banyak pihak. Dalam tulisan opini ini kita akan membahas salah satu kebijakan pendidikan yakni, pemberlakuan sistem belajar daring 
(dalam jaringan) atau online dari rumah. 

Sejak merebaknya virus Covid-19 ini di Indonesia pada awal maret 2020 lalu, Mendikbud kemudian mengeluarkan surat edarannya pada tanggal 17 Maret 2020 yang bernomor 36962/MPK.A/HK/2020. Dalam surat edaran tersebut dijelaskan pada poin empat bahwa khusus untuk daerah yang 
sudah terdampak Covid-19 berlaku ketentuan, yakni: memberlakukan pembelajaran secara daring dari rumah bagi siswa dan mahasiswa. 

Nah, disini kita ingin mencermati bagaimana kebijakan tersebut, apakah belajar daring merupakan solusi atau justru menjadi distorsi?. Sekali lagi kita hanya mencermati disini, kemudian menuangkannya dalam tulisan ini.

Pertama, kita cermati pendapat salah satu praktisi pendidikan Kristina, sekaligus Director of Studies Yayasan Pendidikan Mulia Bakti (YPMB). Dalam keterangan tertulisnya kepada suara.com mengatakan sangat memahami bahwa banyak orang tua murid khawatir untuk menyekolahkan anaknya dimasa pandemi Covid-19, namun belajar melalui sistem online tetap yang terbaik pada masa pandemi ini.

Dia juga menjelaskan berdasarkan penelitian manfaat anak tetap bersekolah lebih banyak dari pada kekurangannya. Menurutnya, ada sembilan manfaat belajar secara daring, diantaranya; kapasitas belajar yang lebih banyak, membantu menjaga perilaku disiplin, dan menjaga otak tetap berkembang. 
Tentunya waktu belajar dirumah selama masa pandemic sangatlah banyak, jam pelajaran sama ketika belajar tatap muka dan ditambah dengan tidak adanya waktu istirahat serta tugas-tugas kelompok yang menganjurkan untuk keluar rumah dan mereka juga lebih santai.

Disamping itu, para peserta didik juga tetap dituntut untuk berperilaku disiplin, seperti absen tepat waktu saat masuk belajar, mengaktifkan kamera dan mengenakan seragam sekolah saat zoom, dan pengumpulan tugas sebelum deadline. Belajar online dari rumah juga tetap bisa membuat otak anak berkembang dengan baik, bagaimana tidak? Mereka lebih dituntut memahami sebuah materi dengan penjelasan yang lewat online saja. 

Akan tetapi, dengan kemampuan berpikir 
dengan baik dan memanfaatkan sumber-sumber belajar dari internet untuk referensi, para siswa bisa menyelesaikan tugas dengan baik. 

Kedua, agar berimbang kita cermati pendapat Bagus Sanyoto yang merupakan konsultan pendidikan di Surabaya. Dalam paparannya kepada Radio Suara Surabaya mengatakan bahwa masih diperlukan buku atau modul fisik sebagai pendukung pembelajaran jarak jauh selama masa pandemi Covid-19. Alasannya karena banyaknya gangguan yang dialami anak saat belajar daring. 

Dia melanjutkan bahwa pembelajaran secara tatap muka saja banyak susahnya, baik dari guru maupun dari siswa. Jadi, pembelajaran secara daring banyak distorsinya sehingga 
kurang efektif. Demikian menurut analisa dari konsultan pendidikan tersebut. Meskipun tidak dijelaskan secara detail bentuk distorsi yang dimaksud dalam keterangannya pada media itu, disini kita akan munculkan beberapa distorsi tersebut berdasarkan yang terlihat selama masa 
pandemi ini. Distorsi yang dimaksud disini adalah suatu kejadian yang lahir dengan secara jelas menjauh dari tujuan pendidikan sebagaimana telah disajikan di atas atau bertentangan dengan manfaat dari belajar daring yang dikemukakan oleh Kristina. 

Agar berimbang, kita hanya akan memunculkan tiga bentuk distorsi, diantaranya: (1) Waktu belajar yang sangat sedikit, karena fakta dilapangan sekarang ini, anak-anak lebih fun dengan game dan dunia hiburan yang mereka senangi; (2) Tingkat kedisiplinan mereka sangat rendah, karena mereka dengan sesuka hati join di meet tanpa mengaktifkan kamera, absen setelah jam pelajaran selesai, tugas dikumpul tidak tepat waktu; (3) Anak-anak belajar dirumah cenderung mengandalkan mesin pencari pada gadget mereka untuk menyelesaikan tugas daripada mereka harus berpikir keras untuk menemukan jawaban atau bertanya pada guru ketika tidak mengerti, akibatnya otak mereka tidak berkembang karena tidak digunakan untuk belajar menemukan solusi atas kesulitan yang mereka hadapi, mereka hanya mengandalkan yang sudah ada karena mereka pikir itu akan lebih cepat dan mudah. 

Dari penjelasan yang telah saya paparkan tadi, kita dapat melihlat apa yang menjadi sisi baik dan sisi buruk dari belajar daring. Masa pandemi ini memang menjadi sebuah tantangan untuk segala lini kehidupan, tak terkecuali dunia pendidikan. Meski dalam kondisi yang seperti ini, pendidikan di Indonesia harus terus berada dalam tujuan, yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang 
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. 

Dunia pendidikan harus tetap berjalan sebagaimana mengikuti perkembangan yang terjadi dan tidak boleh terjangkit oleh wabah. Maka dari itu tenaga pendidik dan peserta didik harus memiliki kerjasama yang baik dengan menghadirkan solusi dan menghilangkan distorsi yang bisa menghambat tercapainya tujuan pendidikan. Salam pendidikan, Salam Sehat untuk kita semua. Aamiin Ya Rabb.

Penulis : Sabriani
( Siswi SMA Negeri 9 Sinjai )

Sebelumnya
Selanjutnya