Sabtu, 01 Mei 2021

Meneguhkan Kembali Spirit Pendidikan Yang Kian Memudar Dari Kesucian Orientasinya

 


OPINI, KNEWS - Hari pendidikan nasional di peringati setiap tanggal 2 mei. Hari pendidikan nasional sendiri merupakan salah satu hari yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia guna memperingati kelahiran Ki Hadjar Dewantara. Beliau adalah tokoh pelopor pendidikan di Indonesia, pendiri lembaga pendidikan taman siswa, dan juga pahlawan nasional. Tanggal kelahiran Ki Hadjar Dewantara inilah yang kemudian diperingati setiap tahunnya sebagai hari pendidikan nasional.

Pemikiran serta pandangan kita terhadap pendidikan selalu muncul sepanjang zaman, karena pada hakikatnya pendidikan adalah kebutuhan dasar umat manusia. Sehingga pendidikan merupakan bagian vital dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, semestinya pendidikan selalu di perbaharui konsep dan aktualisasinya dalam rangka merespon perkembangan zaman yang selalu dinamis dan temporal, agar peserta didik dalam pendidikan mampu memiliki orientasi yang jelas dan mampu meraih sebuah kebahagian di dunia. Hal tersebut semakin penting dirasakan ketika muncul berbagai masalah dalam kehidupan manusia yang menyangkut peningkatan kesejahteraan dan kebahagiaan mereka.

Kita mungkin sering mendengar ungkapan bahwa nasib suatu bangsa dan peradaban di masa depan terlihat pada bagaimana bangsa itu memperhatikan dan mengembangkan pendidikan bagi generasi dan anak-anak bangsa. Sebuah bangsa dan peradaban adalah produk pendidikan, kegagalan suatu bangsa dan hancurnya sebuah peradaban adalah kegagalan pada wilayah pendidikan bangsa tersebut. Mengingat pentingnya pendidikan bagi kemajuan bangsa dan peradaban, maka dibutuhkan model pendidikan nasional yang bermutu. Hal ini seperti yang tertulis dalam undang-undang dasar Negara kesatuan republik Indonesia yang dahulu kita abaca dan ulangi di setiap hari senin sebelum pandemi melanda dunia. Dalam amanat undang-undang tersebut di jelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.

Namun melihat realitas pendidikan kita hari ini kita mungkin akan ber-presepsi bahwa pendidikan hari ini masih dilanda berbagai macam problem, baik dari tataran sistem, kesadaran dan lain sebagainya. Sehingga berdampak pada penurunan mutu pendidikan itu sendiri. Sudah menjadi rahasia umum, kejahatan dan pelanggaran terhadap nilai-nilai pendidikan saat ini telah dilakukan oleh berbagai golongan dalam lapisan masyarakat. Ironisnya kejahatan dan pelanggaran terhadap nilai-nilai pendidikan ini justru banyak dilakukan oleh golongan yang seharunya memberikan teladan kepada masyaralkat luas atau yang di kenal sebagai sebutan penjahat kerah putih, tindakan yang merugikan masyarakat luas ini merupakan kejahatan yang dilakukan oleh kaum tepelajar, pengusaha, dan bahkan dilakukan oleh pejabat-pejabat yang memiliki kekuasaan dalam wilayah pendidikan itu sendiri.

Hal ini menunjukkan bahwa rapuhnya landasan moral dan nilai-nilai pendidikan. Sistem nilai dan moral yang terbangun dalam dunia pendidikan masih jauh dari harapan. Pendidikan tidak lagi berorientasi pada kemandirian peserta didik, tetapi justru menjerumus ke praktik-praktik dehumanisasi. Para peserta didik tak lagi di perhadapkan pada situasi-situasi pembelajaran yang mendorong tumbuhnya kemampuan untuk memecahkan masalah, tapi lebih berorientasi pragmatis mendapatkan nilai dan lulus. Pendidikan kita hari ini masih menerapkan model pendidikan “gaya bank” yang di kritik oleh Paulo Fraire, para murid diposisikan sebagai objek pendidikan dan menjauhkan dari realitas sosiallnya. Dan masih banyak lagi problem-problem yang terjadi di wilayah pendidikan kita hari ini yang tidak dapat saya sampaikan pada tulisan ini. Tanpa mengesampingkan prestasi-prestasi serta keberhasilan yang di raih oleh pendidikan kita. Namun, secara realita kita bisa melihat bahwa problem yang terjadi di wilayah pendidikan kita lebih menonjol dari pada keberhasilan yang pernah diraih oleh pendidikan nasiional kita. Salah satu indikatornya adalah pendidikan sampai hari ini belum mampu mewujudkan apa yang di amanatkan oleh undang-undang.

Diakhir tulisan ini saya ingin mengatakan bahwa tujuan hari pendidikan nasional (HARDIKNAS) itu bukan hanya dirayakan secara seremonial saja, akan tetapi tujuan yang sebenarnya adalah bagaimana memperkuat komitmen seluruh insan pendidikan akan penting dan strategisnya pendidikan bagi peradaban dan daya saing bangsa, meningkatkan kemballi kepada seluruh insan pendidikan akan filosofi perjuangan Ki Hadjar Dewantara dalam meletakkan dasar dan arah pendidikan bangsa. Dengan demikian peringatan HARDIKNAS akan membekas dalam jiwa seluruh insan pendidikan yang akhirnya bisa memberikan kontribusi yang efektif-konstruktif bagi kemajuan bangsa dan Negara melalui pendidikan.

Dan yang paling terakhir, saya menyampaikan selamat hari pendidikan nasional, semoga pendidikan kedepannya semakin berkualitas dan mempunyai daya saing yang tinggi, serta mampu mencetak generasi-generasi bangsa yang berintelektual dan beradab. Sehingga pada akhirnya generasi-generasi tersebut dapat menjadi generasi berkarakter pancasila yang mampu membawa perubahan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara yang sejahtera, adil, dan beradab.

Disclaimer* Seluruh isi tulisan adalah tanggung jawab penulis

Penulis: Wahyudi Nasrul, Pegiat Literasi Bontonompo Selatan.

Sebelumnya
Selanjutnya